Welcome To My Blog

::Welcome To My Blog::

Sebuah Catatan Tentang analisku tercinta



Diberdayakan oleh Blogger.
 

Jumat, 25 Maret 2011

Persiapan Pengambilan Spesimen

0 komentar

Pengambilan spesimen merupakan salah satu dari serangkaian proses yang dilakukan sebelum melakukan pemeriksan laboratorium. Supaya spesimen memenuhi syarat untuk diperiksa, maka proses pengambilan spesimen harus dilakukan dengan mengikuti kaidah yang benar. Spesimen yang memenuhi syarat adalah : jenisnya sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan, volumenya mencukupi untuk tiap jenis pemeriksaan, kondisinya layak untuk diperiksa (segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna, steril, tidak menggumpal), antikoagulan yang digunakan sesuai, dan ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat.

Sebelum melakukan pengambilan spesimen, lakukan persiapan-persiapan seperti berikut ini :
Persiapan pasien. Beritahukan kepada pasien tentang hal-hal apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh pasien sebelum dilakukan pengambilan spesimen.
Persiapan secara umum, seperti : puasa selama 8-10 jam sebelum pengambilan spesimen (untuk pemeriksaan glukosa darah puasa, profil lipid, profil besi), tidak melakukan aktifitas fisik yang berat, tidak merokok, tidak minum alkohol, dsb.
Jika pasien harus melakukan pengambilan spesimen sendiri (urin, dahak, faeses), jelaskan tata cara pengambilannya. Misalnya : kapan harus diambil, bagaimana menampung spesimen dalam wadah yang disediakan, mencuci tangan sebelum dan setelah mengambil spesimen, membersihkan daerah genital untuk pengambilan sampel urin, dsb.
Jika pengambilan spesimen bersifat invasif (misalnya pengambilan sampel darah, cairan pleura, ascites, sumsum tulang, dsb), jelaskan macam tindakan yang akan dilakukan.
Peralatan sampling. Pastikan semua peralatan sampling telah disiapkan sesaat sebelum sampling. Penting untuk diperhatikan bahwa semua peralatan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
bersih
kering
tidak mengandung detergent atau bahan kimia
terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam spesimen
steril, apalagi jika spesimen akan diperiksa biakan (kultur) kuman
sekali pakai buang (disposable)
wadah spesimen tidak retak atau pecah, mudah dibuka atau ditutup rapat, besar/ukurannya sesuai dengan volume spesimen yang diambil.
Antikoagulan
Antikoagulan adalah bahan kimia yang dipergunakan untuk mencegah pembekuan darah. Umumnya yang digunakan adalah EDTA (ethylendiamin tetraaceticacid), natrium citrat, heparin dan natrium fosfat. Pemilihan antikoagulan harus sesuai dengan jenis pemeriksaan dan takaran volumenya harus tepat. Mengenai antikoagulan akan dibahas pada postingan yang lain.
Lokasi sampling. Sebelum melakukan sampling, tetapkan lokasi pengambilan sesuai dengan jenis spesimen yang diperlukan.
Darah vena umumnya diambil dari vena median cubiti pada daerah lengan di lipatan siku bagian dalam. Vena ini besar, cukup terlihat, paling sedikit sakit dan kecil kemungkinan memarnya.
Darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis di daerah pergelangan tangan.
Darah kapiler diambil dari ujung jari tangan, yaitu jari tengah atau jari manis. Pada bayi diambil pada tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki.
Spesimen untuk biakan kuman diambil pada daerah yang sedang infeksi, kecuali darah dan cairan otak.
Sumsum tulang orang dewasa diambil pada tulang dada dan crista iliaca anterior dan posterior. Pada anak-anak diambil pada bagian proksimal tibia.
Lokasi pengambilan spesimen tidak boleh terdapat luka, hematoma, infeksi, oedema. Untuk pengambilan spesimen darah, selain tidak dilakukan pada tempat-tempat tersebut, juga tidak boleh dilakukan pada daerah dimana darah sedang ditransfusikan dan intravena lines (infus).

Minggu, 20 Maret 2011

HITUNG DARAH LENGKAP

0 komentar

Hitung darah lengkap (complete blood count/full blood count/blood panel) adalah jenis pemeriksan yang memberikan informasi tentang sel-sel darah pasien. Hitung darah lengkap digunakan sebagai tes skrining yang luas untuk memeriksa gangguan seperti seperti anemia, infeksi, dan banyak penyakit lainnya.

Sel-sel yang beredar di dalam aliran darah dibagi menjadi tiga jenis: sel darah putih (leukosit), sel darah merah (eritrosit), dan platelet (trombosit). Tinggi atau rendahnya hasil penghitungan mungkin menunjukkan adanya berbagai bentuk kelainan, penyakit atau status kesehatan pasien.

Hitung darah lengkap merupakan tes penyaring terhadap : 1) Kelainan sel darah (anemia, leukemia), 2) Adanya infeksi (bakterial, virus), 3) Kelainan perdarahan. Hitung darah lengkap terdiri dari beberapa panel pemeriksaan, yaitu :

Hitung lekosit / white blood cell count (WBC). Hitung lekosit adalah jumlah lekosit per milimeterkubik atau mikroliter darah.

Hitung jenis lekosit / differential cell count. Hitung jenis lekosit digunbakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis lekosit. Ada lima jenis lekosit, masing-masing dengan fungsi tersendiri dalam melindungi kita dari infeksi. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil.

Hitung eritrosit / red blood cell count (RBC). Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter dalah.

Kadar hemoglobin (Hb). Hemoglobin merupakan protein pembawa oksigen dalam darah.

Hematokrit (Hct/Hmt). Hematokrit adalah persentase eritrosit dalam volume tertentu darah.

Mean corpuscular volume (MCV). MCV adalah ukuran atau volume rata-rata eritroit. MCV meningkat jika eritrosit lebih besar dari biasanya (makrositik), misalnya pada anemia karena kekurangan vitamin B12. MCV menurun jika eritrosit lebih kecil dari biasanya (mikrositik) seperti pada anemia karena kekurangan zat besi.

Mean corpuscular hemoglobin (MCH). MCH adalah jumlah rata-rata hemoglobin dalam eritrosit. Eritrosit yang lebih besar (makrositik) cenderung memiliki MCH yang lebih tinggi. Sebaliknya, pada eritrosit yang lebih kecil (mikrositik) akan memiliki nilai MCH yang lebih rendah.

Mean corpuscular hemoglobin concentration (MCHC). MCHC adalah perhitungan rata-rata konsentrasi hemoglobin di dalam eritrosit. MCHC menurun (hipokromia) dijumpai pada kondisi di mana hemoglobin abnormal diencerkan di dalam eritrosit, seperti pada anemia dan kekurangan zat besi dalam talasemia. Peningkatan MCHC (hiperkromia) terdapat pada kondisi di mana hemoglobin abnormal terkonsentrasi di dalam eritrosit, seperti pada pasien luka bakar dan sferositosis bawan.

Red cell distribution width (RDW). RDW adalah variasi ukuran eritrosit. Dalam beberapa kasus anemia, seperti anemia pernisiosa, variasi dalam ukuran eritrosit (anisositosis) bersama dengan variasi dalam bentuk (poikilositosis) menyebabkan peningkatan RDW.

Hitung trombosit / platelet count. Hitung trombosit adalah jumlah trombosit/platelet per milimeterkubik atau mikroliter darah.

Mean platelet volume (MPV). MPV adalah ukuran rata-rata trombosit/platelet. Trombosit baru lebih besar, dan peningkatan MPV terjadi ketika terjadi peningkatan jumlah platelet yang sedang diproduksi. Sebaliknya, penurunan MPV merupakan indikasi penurunan jumlah trombosit (trombositopenia).

Platelet distribution width (PDW). Seperti halnya RDW, PDW merupakan indikasi variasi ukuran trombosit yang dapat menjadi tanda pelepasan platelet aktif.

Pemeriksaan darah lengkap umumnya telah menggunakan mesin penghitung otomatis (hematology analyzer). Pemeriksaan dengan mesin penghitung otomatis dapat memberikan hasil yang cepat. Namun, analyzer memiliki keterbatasan ketika terdapat sel yang abnormal, misalnya banyak dijumpainya sel-sel yang belum matang pada leukemia, infeksi bakterial, sepsis, dsb. Atau, ketika jumlah sel sangat tinggi sehingga analyzer tidak mampu menghitungnya. Pada keadaan seperti ini, pemeriksaan manual sangat diperlukan.

Keuntungan dari penghitungan manual adalah bahwa mesin penghitung otomatis tidak dapat diandalkan dalam menghitung sel abnormal. Dalam hal ini diperlukan pemeriksaan manual terhadap apusan darah. Pemeriksaan secara mikroskopik akan memberikan informasi mengenai lekosit-lekosit yang abnormal dan variasi bentuk eritrosit. Pemeriksaan manual juga dapat memberikan informasi mengenai adanya jenis sel lain yang biasanya tidak dijumpai dalam darah tepi, misalnya sel plasma. Selain itu, adanya trombosit yang menggerombol (clumps) yang menyebabkan rendahnya jumlah trombosit pada pemeriksaan otomatis dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan apusan darah.

Dalam kasus jumlah sel yang sangat tinggi dimana analyzer tidak mampu menghitungnya, maka pemeriksaan manual menjadi pilihan untuk dilakukan. Pada pemeriksaan secara manual ini darah diencerkan dulu dengan tingkat pengenceran yang lebih tinggi.

Sabtu, 19 Maret 2011

TIPS SEPUTAR ILMU LABORATORIUM DAN APLIKASI DI LAPANGAN

1 komentar

Tips-tips Seputar Ilmu Laboratorium bagi teman-teman laboratorium kesehatan/klinik :
1. Hitung jenis leukosit dengan jumlah leukosit dibawah 3000/mm3 darah. Caranya : biarkan darah mengendap dan terpisah antara eritrosit dan plasma. Pipet cairan tengah darah (buffycoat) dengan pipet atau mikropipet, letakkan diatas objek glass dan buat hapusan darah dan warnai. Dijamin pasti mudah untuk menemukan leukosit. Tips ini hanya berlaku untuk hitung jenis leukosit (diff count).
2. Urine untuk periksa narkoba. Kadang kita harus memastikan urine atau air teh terhadap spesimen yang dikumpulkan dari pasien. Untuk memastikan bahwa spesimen tersebut urine atau bukan, maka lakukan uji skrining BaCl2 10% milik reagent bilirubin Harrison, bila terjadi endapan kabut putih berarti memang urine karena dalam urine banyak carbonat, phosphat dan sulfat. Cara spesifik dengan reagent kreatinin kimia darah (Asam pikrat+NaOH), 2 ml urine + 1 tetes reagen kreatinin, maka akan terbentuk warna orange. Hal ini karena tidak satupun cairan dalam tubuh yang memiliki kadar creatinine yang tinggi selain urine. Saran saya sebaiknya spesimen untuk periksa Narkoba pasien diambil di WC laboratorium saat itu juga.
3. Membedakan darah wanita dan pria. Periksa hapusan darah dengan melihat segmen netrofil. Pada leukosit wanita terdapat DRUM STICK, suatu penonjolan segmen kecil pada segmen inti netrofil matang. Ditemukan pada sel betina, karena agregasi kromosom. Disebut juga barr body.
4. Pemeriksaan Urine dengan stick urine. Setiap parameter yang diperiksa memiliki waktu untuk dibaca menurut alat urinalysis analyzer, parameter yang paling dekat dengan tangan saat dipegang paling awal dibaca dan ujung paling akhir dibaca. Yang penting tunggulah selama 2 menit untuk membaca stick parameter leukosit. Kesalahan analis pada leukosit ini, secara stick normal atau negatif dilaporkan, namun mikroskopik didapatkan hingga 30/lpb leukosit. Setelah dikoreksi oleh analis senior ternyata salah pelaporan di stick.
5. Spesimen positif BTA (pengalaman pribadi) : sputum tampak keruh, purulen, hijau kuning, benang lendir rapuh sehingga mudah diambil dengan lidi atau bambu. Umumnya sputum dengan BTA negatif saat dibuat sediaan sulit untuk diambil bahkan benang lendir sulit putus. Fenomena ini karena bakteri BTA mampu melepaskan enzim penghancur sputum untuk mempermudah invasinya, itupun tergantung jumlahnya. Namun begitu tidak harus di vonis bahwa setiap yang benang lendir tidak mudah putus negatif, ini hanya pendekatan diagnosis.
6. Periksa Darah Samar dalam Faeces kesulitan karena pakai benzidine. Hal ini dapat dipermudah dengan menggunakan stick urine, potong bagian stick untuk ujian BLOOD pada stick dan celupkan ke dalam faeces yang telah dihomogenkan dengan NaCl 0.9% dalam botol atau tabung (sepucuk faeces + 1 ml NaCl 0.9%). Baca hasilnya seperti pembacaan urine.
7. Kadar AST dan ALT tidak terbaca atau sangat rendah sekali. Pada alat BTS 330 biosystems ada grafik pengukuran, yang mana bila tidak linear atau garis patah mendadak, menandakan bahwa kadar AST dan ALT sampel tinggi atau sangat tinggi sehingga akan terbaca sangat rendah atau error atau dil. Bila tidak melihat grafik maka analis akan mengeluarkan hasil mungkin AST dan ALT 5 U/l, padahal tinggi. Lakukan pengenceran serum 1+9, kalikan hasil 10x dengan pengukuran. Baca pada brosur akan ditetapkan kadar absorben maksimum pengukuran atau linearitas. Menurut teori bahwa kadar enzim yang tinggi menyebabkan substrat segera habis di konsumsi secara mendadak.
8. Diferensial diagnosis Demam pada pasien suspect Febris. Mungkin ada keraguan dengan hasil lab anda apakah benar DBD, Typhoid Fever atau Malaria . Inilah kira-kira yang perlu disimak. Pada kasus Typhoid Fever : pasien dengan klinis demam panas, pucat, bibir pecah-pecah dan kering, lidah kotor, leukopenia. Pada kasus Demam Berdarah : demam, pasien kejang, lemas, nyeri sendi, mungkin tidak sadar atau shock, saat pengambilan darah akan mengalami kesulitan karena vena colaps sirkulasi, hematokrit naik, thrombosit menurun. Pada kasus Malaria : pasien febris, ikterus pada mata dan kulit, saat di IGD mungkin muntah karena nyeri karena hepatomegali, pengambilan darah mudah karena anemia. Untuk jelasnya lihat dan lirik status diagnosis pasien yang dibuat oleh dokter.
9. Membedakan eritrosit dan yeast cell dalam sedimen urine yang penuh. Sering salah pelaporan padahal yeast cell. Tambahkan 1 tetes KOH 10% atau asam asetat 5% ke dalam sedimen, maka eritrosit akan lisis dan yeast cell akan tampak jelas.
10. Test PPT dengan urine yang mengandung sel darah. Lakukan sentrifugasi urine dan supernatant digunakan untuk pemeriksaan PPT. Bila diperlukan PPT pengenceran, lakukan pengenceran urine dengan NaCl 0,9%. Dan pengenceran tertinggi dikalikan dengan sensitifitas test. Biasanya digunakan oleh dokter obgyn untuk membedakan kehamilan normal, mola hidatidosa dan tumor/kanker.
11. Sedimen lebih tahan lama. Ambil 1 tetes zat warna sternheimer malbins dan campur dengan sedimen, segera simpan dalam kulkas, mampu bertahan selama 24 jam tanpa ada kerusakan dan pertumbuhan bakteri.
12. Pertukaran udara segar laboratorium Puskesmas. Belilah exhaust fan dan pasang dibagian belakang sebelah dalam laboratorium pada ventilasi udara. Tutup semua lubang udara dan tutup pintu laboratorium. Arah kipas exhaust fan membuang udara dalam laboratorium. Cara ini lebih efektif untuk memperoleh udara yang lebih segar, sejuk, terhindar dari infeksi bakteri karena statis udara dan pastinya sesuai dengan K3 laboratorium.
13. Lensa Mikroskop. Membedakan lensa mikroskop pada lensa objektif, yaitu : cincin merah 4x, cincin kuning 10x, cincin biru 40x dan cincin putih 100x.
14. Hematology Analyzer. Setiap laboratorium mengklaim bahwa hasilnya lebih akurat bahkan pakai darah kontrol dibandingkan laboratorium lain. Alasan ini bisa dipatahkan bila pra analitiknya buruk, misal darah tidak segera dicampur dengan antikoagulan, kelebihan antikoagulan, tidak segera diperiksa (dalam waktu 1 jam lebih bagus), tidak dikocok sebelum diperiksa dan botol yang digunakan dari plastik/polietilen. Belilah alat pengocok/penggiling darah (nutator), darah tetap homogen selama didiamkan sebelum diperiksa dengan alat hematology analyzer.
15. Salah persepsi tentang alkohol 70%. Alkohol 70% dalam penggunaannya sehari-hari sebagai antiseptik extern. Dalam farmasi dikatakan bahwa antiseptik digunakan untuk jaringan hidup seperti kulit manusia. Antiseptik bekerja hanya menghambat pertumbuhan bakteri, bukan membunuh total bakteri. Jadi merupakan kesalahan besar apabila lancet yang telah dipakai disterilkan dengan alkohol 70%. Desinfektan lah yang membunuh bakteri. Usaha yang lebih baik adalah dengan cara merebus lancet dalam air mendidih 100 derajat celcius selama 10 menit. Tapi saran saya lebih baik pakailah lancet hanya untuk satu kali saja. Single use only (disposable, bukan disposible).
16. Koreksi Standar Sahli. Lakukan pemeriksaan Hb menggunakan alat sahli sebanyak 5x atau 10x dengan darah yang sama, bila hasil pengukuran dengan selisih lebih dari 1 g/dl Hb dikeluarkan dan kerja yang baru lagi. Ambil rata-rata kadarnya. Dengan darah yang sama lakukan pengukuran dengan metode cyanmethemoglobin atau hematology analyzer di RS, hasil pengukuran cara cyanmethemoglobin dibagi rata-rata sahli sebagai faktor koreksi sahli. Bila mengukur kadar Hb sahli x faktor koreksi = kadar Hb pasien. Cara ini hanya bersifat koreksi saja walaupun kedua metode memiliki prinsip pemeriksaan yang berbeda dan jenis HB yang diukur berbeda pula.
17. Selalu gunakan APD dalam bekerja seperti : Jas lab, Sarung tangan karet, masker dan alas kaki. Hal ini untuk keselamatan analis tersebut dan juga membiasakan diri untuk bekerja dengan APD. Bagaimana mau dapat uang tunjangan resiko infeksi, sedangkan kesadaran berbudaya pakai APD belum ada. Untuk RS masukkan penggunaan sarung tangan karet dan masker sebagai paket tarif pasien.
18. Kehabisan Asam Asetat 6% untuk pemeriksaan Protein urine. Ambil asam cuka makan sebagai penggantinya, karena menurut penelitian temanku di D3 analis Kesehatan tidak ada perbedaan keduanya.
19. Malaria. Stadium yang sering muncul untuk falciparum hanyalah ring (tropozoit muda) kecil dan gametosit, sedangkan vivax, hampir semua stadium muncul, namun yang khas tropozoit berkembang dengan sitoplasma amuboid.
20. Pulasan Tanding (Counter Stain). Saat pewarnaan Giemsa dan Wright kurang menguntungkan, perlu dilakukan Pulasan tanding, hal ini karena giemsa melarutkan granula basofil, tidak cocok untuk evaluasi hapusan darah tepi, sedangkan wright struktur parasit tidak terwarnai dengan jelas. Caranya : Preparat yang telah dibuat, difiksasi dengan Wright seperti biasa dan Buffer Wright diganti dengan Giemsa + Buffer, tambahkan pada Wright tadi dan campur dengan meniup cairan. Dengan cara ini dapat diambil keuntungan kedua zat warna ini. Bila tidak memiliki Wright dapat digunakan Kiewit de Jong atau Maygrunwald.
21. Demikian tips ini, moga bermanfaat dan mohon maaf sebelumnya.
 

Total Tayangan Halaman